Akhlak merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yang pengertian sederhana adalah perbuatan atau tindakan seseorang. Perbuatan seseorang diciptakan atau dijadikan oleh Allah (37:96, وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ) sesuai dengan kecenderungannya atau pembawaannya (17:84, قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا) dan posisinya (39:39, قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ, lihat juga 6:135; 11:93, 121), berbuat semaunya (41:40, إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا ۗ أَفَمَن يُلْقَىٰ فِي النَّارِ خَيْرٌ أَم مَّن يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ).
Ketika perbuatan tersebut menjadi kebiasaan, adat, atau ciri khas seseorang, perbuatan disebut dengan Akhlak (26:137, إِنْ هَٰذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ) dan manusia yang memiliki kebiasaan, adat, atau ciri khas dan karakter yang agung adalah Nabi Muhammad saw (68:4, وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ) sehingga layak menjadi uswah hasanah (لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا) bagi pengikutnya dan manusia saat ini, mengikuti jejak pendahulunya, Nabi Ibrahim a.s. (60:4, قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ) dan orang-orang yang bersamanya.
Perbuatan manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Bila dilihat berdasarkan nilainya, maka ada perbuatan yang dianggap “baik” dan “buruk”. Ada juga perbuatan yang dilihat dari sisi subyek dan obyeknya.
Acuan penilaian suatu perbuatan itu dianggap baik atau buruk adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah saw sebagai konsekuensi beliau yang disebut sebagai uswah hasanah. Dua acuan tersebut juga bisa digunakan untuk menentukan jenis perbuatan, subyek dan obyeknya, serta bagaimana suatu perbuatan dilakukan.
Perbuatan yang haq vs batil, halal vs haram, ihsan vs sayyi, shalih vs, ma’ruf vs munkar, ; Kebaikan dan Quran: thayyib (secara fisik), khayr (sifat), ma’ruf (sikap dan perbuatan), ihsan (ibadah muamalah), birr (keimanan dan kemanusiaan), shalih (bagi diri sendiri dan orang lain)
Halal, adalah apa yang Allah bolehkan untuk dilakukan, dimiliki atau dikonsumsi. Dibolehkan bercampur dengan istri pada malam puasa (2:187, أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ). Jual beli dihalalkan (2:275, وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا). Dibolehkan wanita yang bukan hamba sahaya (tawanan perang) untuk dinikahi (4:24, وَأُحِلَّ لَكُم مَّا وَرَاءَ ذَٰلِكُمْ أَن تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُم مُّحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ). Hewan ternak dihalalkan untuk dikonsumsi (5:1, أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ). Boleh berburu setelah selesai ihram (5:2, وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا). Dibolehkan (makanan) yang baik atau thayyib dan buruan yang ditangkap oleh hewan yang telah dilatih (5:4, يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ ۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ). Dihalalkan makanan sembelihan dari ahl Al-Kitab dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu (5:5, الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ ۖ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَّكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ وَلَا مُتَّخِذِي أَخْدَانٍ). Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan (5:96, أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ). Dihalalkan yang baik (7:157, وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ). Dihalalkan hewan ternak (22:30, وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ). Perhiasan yang baik (7:32, قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ)
Sesuatu yang baik yang telah Allah halalkan jangan diharamkan (5:87, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ). Tidak boleh mengharamkan apa yang telah Allah halalkan (66:1, يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ). Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ”Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah (16:116, وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ)
Sebaliknya, haram atau tidak halal adalah perbuatan yang tidak boleh dikerjakan, atau benda yang tidak boleh dikonsumsi atau dimiliki. Tidak dibolehkan para istri yang telah bercerai menyembunyikan apa yang ada di dalam rahim mereka (2:228, وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ), para suami yang telah menceraikan isteri mereka tidak boleh mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada istri mereka (2:229, وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَن يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ). Tidak halal perempuan yang telah diceraikan (talak dua) untuk dinikahi sebelum ia menikah dengan pria lain (2:230, فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِن بَعْدُ حَتَّىٰ تَنكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ). Tidak boleh mewarisi perempuan dengan jalan paksa (4:19, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا). Riba diharamkan (2:275, وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا). Orang yang sedang berihram haji dan umrah atau salah satu dari keduanya tidak dihalalkan berburu binatang buruan darat baik di tanah haram maupun di luarnya dan tidak dihalalkan memakan dagingnya (5:1, أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ). diharamkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu sedang ihram (5:96, وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا). Diharamkan yang buruk (7:157, وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ). Diharamkan makan bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah (2:173, إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ). Diharamkan memakan hewan yang tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, diterkam hewan buas tanpa sempat disembelih, yang disembelih untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah (5:3, حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ).Perempuan yang ada hubungan darah yang haram dinikahi (4:23, حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُوا دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا). Diharamkan mempersekutukan Allah, membunuh orang dan anak-anak, perbuatan keji (6:151, قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِّنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ). Diharamkan perbuatan keji, dosa, zalim, syirik, membicarakan tentang Allah yang tidak kamu ketahui (7:33, قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ). Diharamkan menikahi pezina dan orang musyrik (24:3, الزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ)
Sesuatu (makanan) yang diharamkan dapat menjadi halal jika dalam kondisi darurat (6:119, وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ). Halal dan haram telah jelas dalam Alquran. Dilarang mengatasnamakan Allah dalam hal halal haram di luar dari apa yang telah Allah sebutkan dalam Alquran, kalau itu dilakukan berarti mengikuti perilaku umat sebelumnya yang telah dikecam.
Perbuatan manusia ada yang: (1) dilakukan oleh dan ditujukan kepada dirinya sendiri, (2) dilakukan oleh dan ditujukan ke orang lain, dan (3) dilakukan oleh orang lain dengan sasaran dirinya, serta (4) perbuatan diri ke lingkungan sekitar (alam semesta).
Perbuatan Diri ke Diri
Perbuatan kepada diri: mengenal diri, tingkatan:ammarah bis su, lawwamah, dan muthmainnah. Ujungnya atau hasilnya adalah “selesai” dengan dirinya kemudian beralih kepada kemanusiaan diberi kekuasaan atas ilmu, keterampilan dan karakternya (al-amin) sehingga ia berkuasa menyandang status sebagai ulil amri. Dia harus sadar bahwa dirinya berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya (siklus). Kehidupan ada dua, saat ini (dunia) dan kehidupan berikutnya (akhirat) yang harus dia jalani (siklus). Sebelum di dunia, dirinya telah melewati alam jiwa (alastu) dan alam janin, lalu lahir di bumi untuk menjalani kehidupan saat ini yang “dekat” (dunya). Dirinya diberi tujuan yaitu “beribadah” kepada Allah dalam bentuk sebagai khalifah (pengganti) di bumi untuk memakmurkannya. Supaya bisa memenuhi tugas dan mencapai tujuannya, diri diberi bekal: jiwa dan fisik. Jiwa terdiri dari ruh dan kalbu (shadr, qalb dan fuad). Fisik berupa pendengaran, penglihatan, anggota tubuh (tangan dan kaki). Pendengaran dan penglihatan terhubung ke hati (pikiran-perasaan). Dirinya mesti bertugas (bekerja: fa’al, kasb, ‘aml): (1) memanfaatkan pendengaran, penglihatan dan pikiran-perasaan untuk mengolah informasi yang masuk dan mengikatnya dengan akal (‘aql) sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan himpunan pengalaman. Semua yang dialami adalah ujian (bala’, fitn) untuk melihat respon terbaik berupa ridha ketika ada hasil, sabar ketika hasil tidak sesuai yang diinginkan (musibah) dan syukur ketika hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan. (2) Berbekal ilmu pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh, bisa membedakan atau memiliki alat furqan (pembeda) haq vs bathil, halal vs haram. (3) mengatasi godaan untuk melakukan perbuatan negatif meski itu terlihat dan terasa menguntungkan, ringan, nikmat, cepat atau instan. (4) mulai melakukan atau membiasakan diri terhubung dengan Allah, bertanya atau meminta petunjuk Allah sebelum berbuat sehingga niatnya menjadi lillahi. (5) Ketika telah memutuskan atau menetapkan pilihan, dirinya menjalani keputusan tersebut dengan menggunakan billahi (tawakkal)
Pikiran, perasaan, ucapan kepada diri.
Manusia diberi pendengaran, penglihatan dan hati (16:78, وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ lihat juga QS 23:78) untuk digunakan (syukur) meski sedikit manusia yang menggunakannya (32:9, ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ). Melalui indera, manusia mengolah input di dalam otak yang disebut dengan berpikir. Masukan itu adalah ayat-ayat Allah yang seharusnya dipikirkan oleh manusia (3:191, الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ) dan manusia juga diminta memikirkan dirinya sendiri (30:8, أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ). Berpikir menggunakan kalbu dan fuad dimintai pertangungjawaban (17:36, إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا). Info yang dipikirkan dan tersimpan di dalam diri dibawa dalam kesadaran (‘aql). Meski punya pendengaran, penglihatan, dan hati tapi ada manusia yang tidak mampu mengikat makna yang dia terima (2:171, صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ). Berpikir kritis dan kreatif., mencipta
Manusia diberi ingatan untuk mengingat penciptanya, Allah (2:152, فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ, lihat juga) di dalam diri dalam keadaan merendahkan diri, takut, dan tidak mengeraskan suara (7:205, وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً) dengan ingatan (dan sebutan) yang banyak (3:41, وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ , lihat juga 8:45; 20:34; 26:227; 33:21, 41; 62:10) bukan yang sedikit (4:142, وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا) dalam berbagai kondisi (3:191, الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ) setelah salat (4:103, فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ) termasuk ketika telah melakukan keburukan (3:135, وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ), dalam keadaan lupa (18:24, وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ), makan (5:4, فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ) dan secara umum, ingat (dan sebut) nikmat Allah (3:103, وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ , lihat juga 5:7; 14:6; 33:9; 35:3; 43:13). Ingatan kepada Allah ini memberi dampak bergetarnya hati (8:2, إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ , lihat juga 22:35). Jangan menjadi manusia yang bila disebut Allah saja kesal tapi bila disebut selain Allah, gembira atau bahagia (39:45, وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ).
Perasaan manusia yang sering terulang dalam Alquran adalah khawf dan huzn. Khawf (takut) dibicarakan dalam konteks positif dan negatif dalam Alquran, tergantung kepada siapa dirinya takut. Rasa takut yang timbul merupakan bagian dari ujian (2:155, وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ). Rasa takut kepada Allah dan takut berbuat kesalahan atau dosa adalah rasa positif dan dipuji. Misalnya, memanggil dan meminta kepada Allah dalam keadaan rasa takut (7:56, وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا). Sementara rasa takut yang menyebabkan orang berbuat dosa dikecam, misalnya, takut miskin (17:31, وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا).
Perbuatan jasmani/tubuh: makan-minum, istirahat, tidur,berolah raga. Manusia diminta memperhatikan makanannya (80:24, فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ). Makan dan minum pemberian Allah (2:60, كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ) yang baik di bumi dengan secara halal dan baik (2:168, يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا, lihat juga 5:88; 8:69; 16:114) dengan penuh rasa puas, enak, nikmat, senang (52:19 dan 77:43, كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ , lihat juga 69:24). Makan minum jangan berlebihan (7:31, كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ). Makanan yang dikonsumsi adalah yang sudah disebut nama Allah (6:118, فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ) dan jangan makan makanan yang tidak disebut nama Allah (6:121, وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ).
Beristirahat di malam hari (6:96, فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا , lihat juga 10:67; 27:86; 28:73; 40:61 ) dengan cara tidur (25:47, وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا , lihat juga 78:9) di rumah (16:80, وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا).
Berdasarkan informasi sejarah, ayat yang dianggap pertama kali turun adalah perintah membaca (96:1, اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , lihat juga 96:3). Alquran sendiri merupakan bacaan untuk diikuti (75:18, فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ) yang dibacakan (87:6, سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ) untuk dibacakan kepada manusia (17:106, وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ) yang mendengarnya diminta untuk menyimak dan diam (7:204, وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ) dan ketika selesai membaca Alquran mohon perlindungan Allah dari setan (16:98, فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) sehingga terbentuk tirai (17:45, وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا). Alquran dihayati, dipelajari, direnungkan (4:82, أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ , lihat juga 47:24) Bagian yang dibaca bisa bagian yang mudah (73:20, عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِن). Belajar. Merendahkan atau melunakkan suara ketika berbicara (31:19, وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ) sebagai bukti ketakwaan (49:3, إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ ۚ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ) dan kepatuhan terhadap petunjuk Allah untuk tidak meninggikan suara (49:2, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ). Rendahkan dan lembutkan suara ketika memanggil (19:3, إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا) dan meminta Allah (7:55, ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ) atau ketika menyebut nama Allah (7:205, وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ) karena di hadapan Ar-Rahman, semua suara akan merendah (20:108, يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ ۖ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَٰنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا). Suara yang tinggi dan memekakkan telinga (80:33, فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ) identik dengan hukuman, seperti suara teriakan keras yang menyebabkan kematian (11:67, وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ , lihat juga 11:94, 15:73, 23:41, 29:40, 36:29, 54:31) dan suara neraka (25:12, إِذَا رَأَتْهُم مِّن مَّكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا , lihat juga 67:7).
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa , yais lagi putus harapan, qanuth (lihat juga kata mublis) (41:49, لَّا يَسْأَمُ الْإِنسَانُ مِن دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِن مَّسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ). Kata putus asa dalam Alquran: (1) yais, (2) qanuth, (3) mublis. Ketika ditimpa musibah berputus asa (11:9, وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ, lihat juga 30:36, akibat perbuatan diri sehingga rahmat dicabut), berputus asa ciri kekafiran diri (12:87, يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ , lihat juga 29:23) dan kesesatan diri (15:56, قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ , lihat juga ayat sebelumnya, 57). Larangan berputus asa (39:53, قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ) harus senantiasa optimis menerima dengan ridha (hati senang, senang hati) serta mengharapkan yang terbaik (9:59, وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ) atau ganti yang terbaik (68:32, عَسَىٰ رَبُّنَا أَن يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا رَاغِبُونَ) atau memelihara harapan bahwa setelah kesulitan ada kemudahan (94:5, فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) dan tidak sombong (31:18, وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ , lihat juga 17:37) terutama ketika mendapatkan kenikmatan atau kesuksesan (17:83, وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ ۖ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا), selalu menjaga kerendahan hati (25:63, وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا) terutama ketika berada dalam kesulitan (6:43, فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) dan sikap pertengahan, yaitu tidak berduka terhadap apa yang luput dari diri dan tidak terlalu bergembira terhadap apa yang diperoleh (57:23, لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ).
Manusia yang telah memiliki kualifikasi tertentu akan diberi kekuasaan (18:84, إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا) lihat juga 28:35, قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا ۚ بِآيَاتِنَا أَنتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ) dan (59:6, وَمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْهُمْ فَمَا أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ) atau kekhalifahan (10:73, فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَن مَّعَهُ فِي الْفُلْكِ وَجَعَلْنَاهُمْ خَلَائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۖ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنذَرِينَ), sulthan. Kekuasaan bisa hilang (69:29, هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ) terutama ketika yaum ad-diin (يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِّلَّهِ). Ibrahim sebagai imam (). Mereka yang diberi ulil amri, memegang kontrak.
Merencanakan. Mempersiapkan diri sesuai kemampuan khususnya dalam konteks perang (8:60, وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ). Memperhatikan apa yang telah “dikirimkan” untuk hari esok (59:18, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ). Ketika hendak mengerjakan sesuatu (18:23, وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا) libatkan Allah (18:24, إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا). Anti perencanaan? (31:34, إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ). Kalau sudah bertekad, tawakkal (3:159, فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ)
Koreksi atas perbuatan buruk: istigfar, mohon ampunan, taubat.
Perbuatan Diri ke Orang lain
Dasar perbuatan ke orang lain: (1) berlaku atau bertindak adil (‘adl, qist) dan (2) mencintai, mengasihi orang lain (rahim) yang diekspresikan dalam berbagai bentuk: ucapan atau perkataan, wajah yang senyum dan berseri-seri, perbuatan anggota tubuh, tangan, kaki (fisik), memberikan harta benda atau hasil usaha dan kerja.
Ucapan, anggota tubuh, memberi uang (infak, sedekah, zakat). Perkataan yang baik. Tangan diulurkan dan dilipat.
Manusia diperintah untuk berbuat baik (ihsan) kepada kedua orangtua (2:83, لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا , lihat juga 4:36; 6:151; 17:23) dan secara khusus, ibu (19:32, وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا), di mana perintah ini selalu didahului dengan perintah menyembah Allah atau larangan menyekutukanNya.
Perbuatan baik juga dilakukan kepada kerabat, yatim dan orang miskin (2:83) tetangga dekat dan jauh (4:36)
Perbuatan baik yang paling ringan atau mudah dimulai dari berprasangka baik kepada orang lain. Kemudian perkataan yang positif dalam berbagai bentuk, seperti: (1) qaulan balighan, (2) qaulan maisuran, (3) qaulan kari- man, (4) qaulan ma’rufan, (5) qaulan layyinan, (6) qaulan sadidan, (7) qaulan tsqilan yang semuanya ini bisa dianggap sebagai ahsan qaulan. Setelah itu pertemanan atau pergaulan, saling bantu atau tolong, bekerja sama dan berkompetisi.
Hubungan sesama adalah hubungan persaudaraan atas dasar ideologi, berpegang kepada Allah dan bersatu karena Allah (3:103, وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ) dengan dasar kasih sayang (48:29, مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ).
Salah satu hubungan yang didasari dengan kasih sayang adalah pernikahan antara pria dan wanita, membentuk suatu ikatan keluarga dan kekerabatan, mengandung, melahirkan dan mengasuh anak, berbakti kepada orang tua hingga menerima atau membagi warisan. Meski hubungan pernikahan didasari kasing-sayang, namun ada kondisi tertentu di mana hubungan tersebut bisa retak hingga menyebabkan perpisahan atau perceraian meskipun peluang untuk rujuk tetap dibuka dengan beberapa ketentuan.
Rasa suka kepada lawan jenis diakui dalam Alquran dan bukan merupakan sebuah aib yang harus dijauhi (3:14, زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ). Ujung dari rasa suka adalah pernikahan. Sebelum menikah perlu diketahui siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi menurut Alquran sehingga bisa dihindari “rasa suka” kepada pihak yang tidak boleh dinikahi.
Tidak boleh dinikahi wanita musyrik (2:221, وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ) dan pria musyrik (2:221, وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا) sampai dia beriman, wanita yang telah dinikahi oleh bapak (4:22, وَلَا تَنكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُم مِّنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۚ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلًا). Daftar perempuan yang ada hubungan ‘darah’ yang tidak boleh dinikahi (4:23, حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُوا دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا).
Rasa suka itu bisa dinyatakan bisa juga disembunyikan (وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ ۚ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَٰكِن لَّا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلَّا أَن تَقُولُوا قَوْلًا مَّعْرُوفًا ۚ وَلَا تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ). Sebelum masuk ke jenjang lebih lanjut dapat dilakukan penjajakan atau saling kenal-mengenal (49:13, يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ) dengan batasan tertentu, misalnya tetap berpakaian secara moderat dengan maksud menutup aurat dan tampil menarik atau indah (7:26, يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ) misalnya mengenakan jilbab (33:59, يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا) dan menutupkan kain kerudung ke dadanya (24:31, وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ) menjaga pandangan dengan cara menundukkannya diminta dari pria (24:30, قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ) dan juga kepada wanita (24:31, وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ) keduanya juga diminta menjaga kemaluan mereka (24:30-31). Sehingga selama proses penjajakan dan perkenalan, keduanya tetap bersih, suci dan terjaga kehormatannya.
Hubungan di atas dapat dilanjutkan dengan pinangan (2:235, وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ) atau khitbah lalu dilanjutkan dengan pernikahan
Tegakkanlah ad-diin (42:13, شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّینِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحࣰا وَٱلَّذِیۤ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ وَمَا وَصَّیۡنَا بِهِۦۤ إِبۡرَ ٰهِیمَ وَمُوسَىٰ وَعِیسَىٰۤۖ أَنۡ أَقِیمُوا۟ ٱلدِّینَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِیهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِینَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَیۡهِۚ ٱللَّهُ یَجۡتَبِیۤ إِلَیۡهِ مَن یَشَاۤءُ وَیَهۡدِیۤ إِلَیۡهِ مَن یُنِیبُ) jangan berpisah atau bercerai berai menjadi beberapa kelompok (6:159, اِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِيْ شَيْءٍۗ اِنَّمَآ اَمْرُهُمْ اِلَى اللّٰهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ) setelah datang ilmu (42:14, وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ) namun timbul kedengkian di antara mereka dan bukti nyata (3:105, وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ) dengan cara mengikuti banyak jalan lalu meninggalkan jalan lurus (6:153, وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَ ٰطِی مُسۡتَقِیمࣰا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِیلِهِۦۚ ذَ ٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ) kemudian merasa bangga dengan apa yang ia miliki (30:32, مِنَ ٱلَّذِینَ فَرَّقُوا۟ دِینَهُمۡ وَكَانُوا۟ شِیَعࣰاۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَیۡهِمۡ فَرِحُونَ) sebab kondisi itu merupakan ciri kelompok musyrikin (30:31, وَلَا تَكُونُوا۟ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ).
Kerjasama dalam bingkai kebaikan dan takwa bukan dalam dosa dan permusuhan ((5:2, وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ).
Manusia ada yang zalim kepada dirinya, ada yang bertindak sedang, dan ada yang berkompetisi atau berlomba (35:32, ثُمَّ اَوۡرَثۡنَا الۡكِتٰبَ الَّذِيۡنَ اصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۚ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهٖۚ وَمِنۡهُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَيۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ ذٰلِكَ هُوَ الۡفَضۡلُ الۡكَبِيۡرُؕ ). Berkompetisi atau berlomba dalam kebaikan (2:148, وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ , lihat juga 5:48) juga dalam mencapai ampunan Tuhan (57:21, سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ).
Manusia yang dianggap berhasil dalam kompetisi kebaikan (23:61, اُولٰٓٮِٕكَ يُسَارِعُوۡنَ فِىۡ الۡخَيۡـرٰتِ وَهُمۡ لَهَا سٰبِقُوۡنَ ) adalah yang: (1) berhati-hati karena takut azab Tuhan (23:57, اِنَّ الَّذِيۡنَ هُمۡ مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِمۡ مُّشۡفِقُوۡنَۙ ), (2) percaya terhadap tanda Alahh (23:58, وَالَّذِيۡنَ هُمۡ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُوۡنَۙ ) , lalu (3) tidak menyekutukan Tuhan (23:59, وَالَّذِيۡنَ هُمۡ بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُوۡنَۙ ), kemudian (4) memberi rezeki dengan penuh rasa takut (23:60, وَالَّذِيۡنَ يُؤۡتُوۡنَ مَاۤ اٰتَوْا وَّ قُلُوۡبُهُمۡ وَجِلَةٌ اَنَّهُمۡ اِلٰى رَبِّهِمۡ رٰجِعُوۡنَ ۙ ). Di dalam dirinya selalu hadir (ingatan atau kesadaran) Tuhan kemudian dalam keseharian selalu memperhatikan tanda-tanda dari Tuhan sehingga dalam berbuat atau bertindak selalu hati-hati (takwa) karena kalau salah langkah akan berakibat buruk (azab) kepada dirinya terutama menjaga diri dari syirik (sombong dan putus asa) dan apa yang ia miliki tidak segan diberikan kepada orang lain.
Bentuk perbuatan kepada orang lain adalah berbagi. Berbagi harta benda. Berbagi ilmu atau informasi. Membantu di saat orang lain berada di dalam kesulitan (59:9, وَٱلَّذِینَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِیمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ یُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَیۡهِمۡ وَلَا یَجِدُونَ فِی صُدُورِهِمۡ حَاجَةࣰ مِّمَّاۤ أُوتُوا۟ وَیُؤۡثِرُونَ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةࣱۚ وَمَن یُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ). Membela harta, jiwa, dan harga diri dari penindas bahkan bila perlu berperang.
Jangan berselisih (8:46, وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ , lihat juga 3:152; 8:43), namun bila terjadi perselisihan, diselesaikan dengan merujuk kepada Allah dan Rasul-Nya (4:59, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا) dan secara musyawarah (42:38, وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ , lihat juga 2:233 dalam konteks suami-istri dan 3:159 tentang perintah ke Nabi saw). Namun bila perbedaan tersebut sampai menimbulkan perselisihan, pertengkaran hingga berperang, maka ada pihak yang harus mendamaikan (ishlah) kedua pihak (49:9, وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱقۡتَتَلُواْ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَاۖ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ فَقَٰتِلُواْ ٱلَّتِي تَبۡغِي حَتَّىٰ تَفِيٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللَّهِۚ فَإِن فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَا بِٱلۡعَدۡلِ وَأَقۡسِطُوٓاْۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ).
Di pengadilan harus bertindak adil dan memberi kesaksian yang benar bukan yang palsu. Basis hukum adalah apa yang Allah turunkan (5:48, … فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا …) yaitu al-kitab (4:105, إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُن لِّلْخَائِنِينَ خَصِيمًا) sebagai bukti keimanan (4:65, فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) sebab yang tidak beriman menolak menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai hakim (24:48, وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ , lihat juga sampai ayat 51) sehingga menjadikan Allah dan RasulNya sebagai hakim bukan merupakan suatu pilihan (33:36, وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا) bukan ke thagut (4:60, أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا) kemudian nilai yang harus ditegakkan adalah keadilan baik sebagai penengah maupun sebagai pemberi kesaksian (4:135, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ , lihat juga 5:8) termasuk tidak melakukan penyuapan (2:188, وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ).
Tingkat komunitas, bersaudara karena ide, bukan karena darah, asal daerah atau warna kulit. Persaudaraan dibangun atas ideologi la ilaha illa allah. Komunitas ini menjadi terbaik karena amar makruf nahi munkar.
Janji/perjanjian/kesepakatan: mitsaq, ‘ahd